Rabu, 20 Mei 2015

TUGAS MAKALAH Komunikasi Verbal dan Non Verbal



TUGAS MAKALAH  Komunikasi Verbal dan Non Verbal





NAMA                  :SILAS GIBAN
NIM                      : 14    403   012
JURUSAN           : KOMUNIKASI





UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR (UIT)
MAKASSAR
2015

DAFTAR ISI
I SAMPUL
II. PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
III. KAJIAN PUSTAKA
1.   Komunikasi Verbal
2.   Pengertian Komunikasi Verbal
3.   Fungsi Bahasa sebagai Bentuk Komunikasi Verbal
4.   Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal
5.   Komunikasi Non verbal
6.   Pengertian Komunikasi Nonverbal
7.   Fungsi Komunikasi Nonverbal
8.   Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
9.   Gaya Komunikasi non Verbal
10.       Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal
IV. ANALISIS
     I.        Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
V. KESIMPULAN DAN SARAN
     I.        Kesimpulan
   II.        Saran
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya. Dengan memahami komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa secara lebih fleksibel dan bermanfaat.
Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 Komunikasi Verbal
 Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori  pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara verbal.
Komunikasi verbal ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
ü  Disampaikan secara lisan / bicara atau tulisan
ü  Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah
ü  Kualitas proses komunikasi seringkali ditentukan oleh komunikasi non verbal (Herlina, tanpa tahun)

 Fungsi bahasa sebagai Bentuk Komunikasi Verbal
Bahasa dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan alunan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas (Herlina, Tanpa tahun).
Menurut Larry Barker (Mulyana, 243) bahasa memiliki 3 fungsi sebagai berikut:
1.   Penamaan (naming/labeling)
Penamaan merupakan fungsi bahasa yang mendasar. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang yang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam berkomunikasi
2.   Interaksi
Fungsi interaksi merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengunadang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingugan
3.   Transmisi Informasi
Yang dimaksud dengan fungsi transmisi informasi adalah bahwa bahasa merupakan media untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang menghubungkan masa lali, masa kini, masa depan sehingga memungkinkan adanya kesinambungan budaya dan tradisi.
Dari keseluruhan komunikasi yang kita lakuakan, ternyata komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35 %, sisanya adalah komunikasi nonverbal. Dengan porsi demikian pun, bahasa masih memiliki keterbatasan yaitu:
1)      Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
Kata-kata adlah kategori untuk menunjuk pada objek tertetu . Tidak semua kata tersedia untuk menunjuk pada objek.
2)      Kata-kata bersifat ambigu dan konstektual
Dikatakan bersifat ambigu karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interprestasi orang-orang yang berbeda.
3)      Adanya pencampuradukan fakta dan penafsiran.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta, penafsiran dan penilaian.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal
1)      Faktor Intellegensi
Orang yang memiliki intellegensi yang tinggi biasanya memiliki banyak pembendaharaan kata dibandingkan orang yang memiliki intellegensi rendah.
2)      Faktor budaya
Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Seperti di Indonesia yang memiliki keragaman suku. Suku Sunda, Batak memiliki bahasanya masing-masing.
3)      Faktor Pengetahuan
Orang yang memiliki pengetahuan banyak akan mendorong yang bersangkutan untuk berbicara lancar dengan pembendaharaan kata yang banyak
4)      Faktor Kepribadian
Orang memiliki sifat pemalu, atau pendiam biasanya sedikit berbicara pada orang lain disebabkan tidak terbiasa berkomunikasi.
5)      Faktor Biologis
Adanya kelainan sehingga mengganggu saat berbicara.
6)      Faktor Pengalaman
Orang yangbanyak berkomunikasi baik berbicara dengan orang lain, individu atau massa, akan dapat berbicara secara lancar.
Komunikasi Nonverbal
Pengertian Komunikasi Nonverbal
Beberapa pengertian dan pendapat Komunikasi nonverbal dari beberapa ahli diantaranya :
Menurut Edward Sapir, Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written nowhere, known to none, and understood by all).
Molandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: komunikasi antar budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut :
1)      Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.
2)      Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara
3)      Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi makna oleh orang lain
4)      Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, bau, perilaku mata dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri komunikasi nonverbal diantaranya :
ü  Disampaikan dengan menggunakan isyarat (gesture), gerak-gerik (movement), postur/lipologi, pembahasa, kinesic/sentuhan, penampilan fisik, ruang, jarak, waktu, consumer product dan artefak
ü  Proses komunikasi implisit dan dapat terjadi dua arah maupun satu arah
ü  Kualitas proses komunikasi tergantung pada pemahaman terhadap persepsi orang lain

 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Fungsi pesan nonverbal dalam hubungannya dengan pesan verbal menurut Mark L. Knapp (1972: 9-12) dalam (Herlina Tanpa tahun) ada lima, yaitu:
1.   Repitisi, yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan secara verbal
2.   Subtitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal
3.   Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna lain terhadap pesan verbal
4.   Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna nonverbal.
5.   Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal menggaris bawahinya.

Komunikasi ini sangat penting, namun memiliki hambatan. Diantara hambatan tersebut yaitu:
1.   Hambatan konsepsi atau pemahaman
Dalam berkomunikasi sangat penting bagi kebermaknaan suatu komunikasi. Keslahpahaman ini bisa terjadi jika:
1.   Komunikasi nonverbal bersifat insting, dan tidak dipelajari
2.   Adanya keyakinan bahwa fenomena nonverbal seperti ekspresi wajah, postur tubuh
3.   Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam komunikasi membuatnya sulit untuk dipelajari secara praktis dalam hubungannya dengan perilaku manusia.
4.   Hambatan sejarah
Cara pergerakan dalam pengucapan bahasa dianggap perlu dilakukan menarik perhatian audience, bukan sebagai pelengkap dan penguat pesan yang disampaikan.
3.   Hambatan metodologi
Diperlukan peralatan yang mahal untuk mempelajari komunikasi nonverbal.

Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal belum memiliki kesepakatan yang sama yang dipegang teguh oleh para ahli, namun menurut Duncan komunikasi non verbal dibagi jadi 6 jenis, yakni:
1.   Kinesik atau gerak tubuh
2.   Paralinguistic atau suara
3.   Proksemik atau penggunaan jarak dan ruang sosial
4.   Olfaksi atau penciuman
5.   Sentitifitas kulit
6.   Artifaktual seperti pakaian dan kosmetik

          Gaya Komunikasi non Verbal
Ada beberapa gaya dan tingkah laku yang dilakukan pada saat seseorang berkomunikasi secara tidak langsung atau non verbal, diantaranya adalah
1.   Gaya Afiliatif
Gaya afiliatik adalah gaya yang sifatnya ramah, hangat, bersahabat. Apabila ada kontak fisik biasanya dilakukan dengan beberapa kontak tubuh tertentu seperti kontak mata, tersenyum, nada ramah dalam suara, dan percakapan dalam personal topic.
2.   Teknik-teknik Dominan
Banyak orang-orang menggunakan teknik ini dalam komunikasi secara tidak sadar. Ada yang menghindar agar tidak dapat dikuasai orang lain, namun ada juga yang harus mampu untuk mendominasi atau mengendalikan komunikasi tersebut, contohnya Dosen.
3.   Pola-pola umum yang lain dalam interaksi
Ada sejumlah gaya-gaya umum yang merupakan kombinasi-kombinasi selaras dari sinyal-sinyal verbal dan non verbal yang berbeda-beda, misalnya: dependent, submissive dan versus dominant, percaya diri sendiri dan yakin versus ragu-ragu, depresi versus gembira.

Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal
Untuk memahami dengan lebih jelas antara komunikasi verbal dan non verbal, kita dapat melihat tabel mengenai tipe-tipe komunikasi berikut ini
Komunikasi

Vokal
Nonvokal
Komunikasi verbal
Bahasa Lisan (spoken words)
Bahasa Tertulis (written words)
Komunikasi nonverbal
Nada Suara (tone of voice). desah (sighs), jeritan (screams), kualitas vokal (vocal quality)
Isyarat (gesture) gerakan (movement) penampilan (appearance), ekspresi wajah (facial expression)
Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan- perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per satu. (Anonim, Tanpa tahun) :
a. Kesengajaan (intentinolity) Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent).
Pada umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut
1)      dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2)      diterima oleh penerima secara sengaja pula
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.
1.   Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan’ oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional dan harus ‘dibagi’ (shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (symbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (symbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku- perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang dipelajari dan perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-ubah, sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan nonverbal berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.:
1.   Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan.
1.   Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik.
1.   Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung
(discontinuous) Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung, sementara komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir yang pasti.
1.   Dipelajari ><Didapat
secara Ilmiah Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi secara nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.
1.   Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal pada diri manusia. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak

BAB III
ANALISIS
Peranan Opinion Leader Dalam Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau Tondano), bermaksud untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi yang dilakukan opinion leader dalam mengajak masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam program bersih eceng gondok tersebut, bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan opinion leader serta pendekatan-pendekatan komunikasi yang dilakukan opinion leader untuk berpatisipas dalam program tersebut. dengan melibatkan 9 (sembilan) orang responden yaitu para opinion leader antara lain pemuka masyarakat dari berbagai latar belakang, pemuka adat, tokoh agama, tokoh pemuda, PNS, guru dll.Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana Peranan Opinion Leader Dalam Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau Tondano.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada, maka yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini sehubungan dengan Peranan Opinion Leader Dalam Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau Tondano adalah sebagai berikut :
 (1). Secara keseluruhan peranan opinion leader dalam meningkatkan partisispasi masyarakat dalam menunjang program eceng gondok disimpulkan cukup baik.
(2).    Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menunjang program bersih eceng gondok opinion leader menggunakan verbal communications dan menggunakan non verbal communications.
(3). Peranan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat juga dilakukan melalui pendekatan komuniksi kelompok antara lain Journal “Acta Diurna” Vol. I. No.I. Th. 2013 melalui kelompok pemuda, sekolah ,agama dan nelayan.
 (4). Komunikasi persuasif menjadi cara yang paling sering digunakan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang program bersih eceng gondok danau tondano tersebut.
Pemerintah kabupaten minahasa juga sangat tertarik meningkatkan potensi dibidang pariwisata, salah satunya adalah danau tondano.Potensi danau tondano selain potensi wisata, juga merupakan potensi perikanan air tawar, karena danau tondano menjadi sandaran hidup masyarakat sekitar danau tersebut.
Namun dalam realisasinya pemerintah kabupaten minahasa mendapatkan masalah yang cukup serius terkait dengan potensi wisata danau tondano yang sudah mulai terancam dengan adanya eceng gondok di kawasan danau tondano tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah minahasa untuk mengantisipasi eceng gondok tersebut.Namun setelah dievaluasi masih perlu ditingkatkan peran serta dan partisipasi dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat dan stakeholder.
Eceng Gondok menjadi permasalahan serius dikarenakan tumbuhan ini sangat menganggu kelangsungan ikan yang ada di danau tersebut. Ikan atau pun hewan yang ada didanau tondano mulai hilang ataupun mati, karena tidak mendapatkan tempat hidup yang luas, disebabkan eceng gondok telah merajalela di danau tondano. Adanya eceng gondok di danau tondano tersebut mempengaruhi mata pencaharian masyarakat yang ada disekitar danau tersebut, Journal “Acta Diurna” Vol. I. No.I. Th. 2013 karena pekerjaan mencari ikan di danau menjadi agak berkurang. Melihat kompleksnya permasalahan eceng gondok ini, diperlukan cara yang cepat untuk menanggulangi permasalahan eceng gondok tersebut.
Pihak pemerintah kabupaten minahasa sangat respons dengan masalah eceng gondok ini. Melalui pencanangan program bersih eceng gondok oleh bupati Minahasa sehingga pada setiap jumat seluruh staff dan jajaran pemerintah kabupaten Minahasa turun langsung ke danau tondano untuk membersihkan eceng gondok tersebut.Namun pada akhirnya program ini juga harus didukung oleh masyarakat minahasa lebih khusus masyarakat yang berada di sekitar danau tersebut.
Permasalahannya juga timbul pada bagaimana mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program bersih eceng gondok tersebut. Salah satu cara yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan membangkitkan kesadaran masyarakat akan daerah alam sekitar adalah dengan meningkatkan peran opinion leader yang ada didesa-desa sekitar danau tondano tersebut. Peran opinion leader dirasa penting dalam membantu mensukseskan program yang telah dicanangkan Bupati Minahasa.Hal ini dirasa penting karena opinion leader itu terdiri dari toko-toko masyarakat dan dianggap penting sebagai pola anutan masyarakat dalam membantu menyuseskan program bersih eceng gondok karena dalam program tersebut masih membutuhkan partisipasi dari masyarakat.
Opinion Leader
Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain, baik mereka orang sedang mencari- cari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima informasi secara pasif (opinion recipient).
Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dari model alir dua tahap adalah menekankan pada studi tentang opinion leader dan opinion leadership. (Wiryanto 2000;65).
Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini, sedangkan followers sebagai penerima – penerima informasi atau opini (receivers). Beberapa opinion leaders mengawali alir komunikasi dengan mencari penerima – penerima untuk pesan-pesan mereka. Opinion ini diistilahkan dengan opinion giving. Sebaliknya opinion leaders yang lain dicari oleh followers mereka, yang disebut opinion seeking.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Dapatlah disimpulkan dari beberapa definisi tentang partisipasi dan masyarakat adalah berupa keikutsertaan secara sukarela oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam sebuah kegiatan atau program yang telah ditetapkan oleh lembaga/organisasi baik pemerinta maupun swasta.
Peranan Opinion Leader dalam meningkatkan partisipasi masyrakat untuk menunjang program bersih eceng gondok Danau Tondano.
Terdapat beberapa peran yang dilakukan opinion leader, menurut Wells dan Prensky setidaknya ada 3 peran opinion leader dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu :Authority Figure, di sini opinion leader berperan sebagai pemberi informasi, anjuran atau pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen memuaskan keinginannya. Orang-orang yang termasuk authority figure adalah keluarga, teman dan relasi.
Dari hasil penelitian mengenai indikator ini dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa komunikasi secara langsung atau verbal komunikasi merupakan cara yang paling sering digunakan oleh opinion leader dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam membersihkan danau Tondano dari eceng gondok tersebut. Cara berkomunikasi secara langsung tersebut sangat lah tepat digunakan dalam situasi apapun baik, bertemu secara kelompok ataupun antara opinion leader dengan individu-individu masyarakat yang ada didesa Telap Kecamatan Eris tersebut.
Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dari model alir dua tahap adalah menekankan pada studi tentang opinion leader dan opinion leadership. (Wiryanto 2000;65). Orang – orang tertentu ini didefinisikan sebagai opinion leader (diterjemahkan sebagai pemimpin pendapat atau pemuka masyarakat).
Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini, sedangkan followers sebagai penerima – penerima informasi atau opini (receivers). Beberapa opinion leaders mengawali alir komunikasi dengan mencari penerima – penerima untuk pesan-pesan mereka. Opinion ini diistilahkan dengan opinion giving. Sebaliknya opinion leaders yang lain dicari oleh followers mereka, yang disebut opinion seeking.
Hasil yang signifikan adalah pada pendekatan komunikasi melalui kelompok tani dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program bersih eceng gondok tersebut kurang digunakan karena kurang respons dari petani yang menggangap danau tondano bukan lahan mata pencaharian mereka.
Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai proses komunikasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok tersebut adalah secara verbal seperti yang dinyatakan pada hasil penelitian sebelumnya, kemudian tolak ukur komunikasi kelompok selalu digunakan oleh opinion leader dalam memberikan penyampaian program bersih eceng gondok ini adalah dengan melihat seringnya opinion leader tersebut memberikan penyampaian program ini di kelompok-kelompok organisasi/swadaya masyarakat misalnya di kelompok pemuda karang taruna, gereja, nelayan, kelompok tani dan lain-lain. Tentunya opinion leader tersebut memberikan penyampaian tersebut sesuai dengan waktu dan kesempatan yang diberikan kepadanya. Intensitas pertemuannya adalah paling sering 1 minggu sekali.
Hal yang sama dilakukan oleh opinion leader dengan melakukan pendekatan komunikasi dengan kelompok tani, yang dilakukan pada saat di kebun dan juga dibalai desa, sementara untuk intensitas pertemuan adalah paling banyak adalah 1 x seminggu.
Model Komunikasi dalam Penyuluhan di Indonesia
Proses penyuluhan yang terjadi menggunakan pendekatan kelompok formal. Kelompok formal disni merupakan suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, yang anggota-anggotanya diangkat dan dilegitimasi oleh suatu badan atau organisasi terutama pihak desa. Kondisi ini menyebabkan model pernyuluhan yang sampai saat ini berkembang di Indonesia menggunakan model komunikasi kelompok.
Proses komunikasi yang digunakan dalam komunikasi kelompok adalah model model S-M-C-R-E (source/ sumber, message/pesan, channel/saluran, receiver/penerima, effect/pengaruh). Model ini berhubungan erat dengan elemen-elemen difusi yang terdiri dari inventor, inovasi, saluran, anggota dalam sistem sosial dan konsekuensi. Model komunikasi S-M-C-R-E yang digunakan menganut model Shannon dan Weaver. Model ini menggambarkan proses linier yang satu arah dalam suatu proses komunikasi.
Model Komunikasi Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, transmiternya adalah mekanisme yang menghasilkan sinyal (kata-kata yang terucap) yang ditransmisikan lewat udara sebagai saluran. Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi yang sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal, sasaran adalah otak yang akan menjadi tujuan pesan itu.
Konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini bisa merupakan interferensi statis atau suatu panggilan telepon, musik atau sirine di luar rumah. Gangguan tersebut selalu ada dalam saluran bersama pesan yang diterima oleh penerima. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi, komunikasi dipandang sebagai fenomena yang statis dan satu arah, sehingga tidak ada konsep umpan balik.
Dalam perkembangan berikutnya proses komunikasi ini mengalami perubahan dengan munculnya umpan balik.
Model komunikasi ini meskipun sudah lebih baik, namun masih menyisakan kendala bagi proses transformasi, Kendala utama prose komunikasi model terletak pada masih digunakannya model pendekatan kelompok. Model pendekatan kelompok terutama terlihat dari model ceramah dalam pertemuan kelompok, kunjungan kelompok dan pembuatan demonstrasi .
Akibat yang kemudian timbul adalah munculnya kesenjangan diantara anggota kelompok dalam tranformasi teknologi karena heterogenitas karakter anggota kelompok yang tinggi. Semakin heterogen kelompok maka akansemakin lebar kesenjangan tranformasi.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan
Peran opinion leader adalah:
  • Secara keseluruhan peranan opinion leader dalam meningkatkan partisispasi masyarakat dalam menunjang program eceng gondok disimpulkan cukup baik.
  • Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menunjang program bersih eceng gondok opinion leader menggunakan verbal communications dan tidak menggunakan non verbal communications
  • Peranan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat juga dilakukan melalui pendekatan komuniksi kelompok antara lain melalui kelompok pemuda, sekolah ,agama dan nelayan.
  • Komunikasi persuasif menjadi cara yang paling sering digunakan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang program bersih eceng gondok danau tondano tersebut.
  • Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap  survive  bahkan meraih keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yangdibutuhkan.



Saran
  • Peran opinion leader perlu ditingkatkan melalui peran media massa atau menggunakan media modern seperti internet, facebook, twitter, email, sms dan lain sebagainya.
  • Intensitas komunikasi dalam mengajak masyarakat yang dilakukan oleh opinion leader perlu ditingkatkan dengan selalu melakukan pendekatan ajakan dalam waktu setiap minggu. Agar supaya partisipasi masyarakat lebih cepat ditingkatkan dalam menunjang program bersih eceng gondok tersebut



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, tanpa tahun. Bacaan Kuliah: Modul 6 Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal.
Argiris C., 1994. Good communication that block learning. HBR. July – Agustus
Bacaan Mata Kuliah Ilmu Pernyataan : Materi 5 Komunikasi Nonverbal. Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia. ______, tanpa tahun.
Chandra, Ade. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/pengantar-ilmu-komunikasi-a5.pdf.(16 marer 2014).
GLEDIS JEINLEF MANOPO, PERANAN OPINION LEADER DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK MENUNJANG PROGRAM BERSIH ECENG GONDOK DANAU TONDANO . _____, tanpa tahun
Graham, H.G., 1991. The Impact of non verbal communication of organization: A survay of perceptions. The journal of Business communication.  Winter 1991.
Herlina, tanpa tahun. Bacaan Mata Kuliah Ilmu Pernyataan : Materi 4 Komunikasi Verbal. Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Pitasari, D.Kusuma.2007. Proses Komunikasi PT. Indofood-Vendor-Petani Kentang Di Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Faperta UPN “Veteran” Yogyakarta. Skripsi.
Prijosaksono, Aribowo dan Sembel, Roy. 2002. Komunikasi Yang Efektif http://www. inline.or.id. (16 Maret 2014).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar